Sudah saatnya anda merubah pandangan hidup. Makna sebuah
kerja. Pilih Kerja keras dan kerja cerdas? Kerja keras itu aktivitas bagai kuda
penuh tenaga sampai jatuh typus kemudian. Sedangkan bekerja cerdas, usaha yang
mengandalkan prioritas dalam semangat efisiensi dan efektivitas. Lalu bagaimana
jika bekerja terlalu tergantung pada mood? Menjadi orang moody itu tidak keren.
Jadi orang fokus itu handal.
Pilih Ngeflow apa Ngaplo?
Ngeflow adalah kondisi dimana kita bekerja dengan sangat
menikmati sampai lupa waktu. Asal jangan lupa makan, biar (lagi-lagi) tidak
jatuh typus kemudian. Ngaplo (dalam Bahasa Jawa artinya bengong). Pernah nggak
lihat orang depan laptop hanya tertegun tak bergerak, bingung mau ngapaian.
Jangan-jangan anda sendiri termasuk di dalamnya.
Bagaimana meningkatkan produktivias tapi tidak meningkatkan
kesibukan. Flow adalah sebuah kondisi kita bisa memberi atensi penuh atas
sebuah aktivitas. Seperti ketika saya sedang mancing atau menggambar. Kadang
lupa waktu karena terlalu asyik sendiri dengan apa yang kita lakukan. Merujuk
pada salah satu video dari SatuPersen bahwa kondisi flow itu terdiri dari: tentukan tujuan (Goal), buat umpan balik (Feedback), sukai hal baru yang menantang (Challenge) dan fokus (No distraction). Tetapkan tujuan dengan jelas dan spesifik, bukan sekadar gugur kewajiban yang malah bisa jadi beban.
Produktivitas yang baik dilakukan dengan manajemen diri dan
waktu yang baik pula. Manajemen diri artinya kita mengenal secara dalam diri
dan potensi sendiri. Dari situ timbul motivasi untuk beraktivitas yang serba
terukur dan terstruktur Itulah inti dari manejeman waktu.
Saya sendiri mempunyai aktvitas 'multidimensi'. Ya sebagai
peneliti junior di pusat studi sebuah kampus. Juga sebagai kartunis yang kadang mengirim
karya ke media atau ikut sayembara lintas negara ketika sedang menemukan ide
cemerlang. Dan untuk merawat kewarasan dan berusaha menjadi cerdas dalam buku
dan blog. Rahasianya aktivitas yang terakhir cukup sederhana. Menulis dan
membaca dimana saja. Menulis tanpa membaca itu omong kosong, perlu referensi
agar kata-kata yang kita rangkai lebih berisi. Itulah sebabnya saya membawa
laptop kemana saja. Jika ada ‘bisikan’ untuk menulis langsung saya siap dengan ‘alat
tempur’ notebook jadul yang sudah saya upgrade. Termasuk Mengetik di kereta.
Menulis sambil menghabiskan waktu dari Surabaya menuju Malang. Dua jam
perjalanan bisa mendapat banyak ide dan beberapa paragraf. Itu cara saya agar tidak bosan di jalan. Yang penting ketika segera istirahat. Kerja keras bagai kuda itu untuk kebahagiaan diri dan orang lain terlebih bagi yang telah berkeluarga.
Flow on the Train |
Ibarat sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, mengerjakan
banyak hal pada satu aktivitas membuat produktivitas kita melimpah. Tapi ingat
tidak semua orang kuat, tabah dan tahan. Ada titik kejenuhan sebab hal itu
dapat mengganggu kesehatan, jasmani dan rohani. Merujuk kata S.J Mordue (2021)
bahwa “To consider why multitasking does in fact slow us down, I want to give
you a computerrelated analogy. You power your laptop up and you start work”.
Artinya aktivitas manusia tidak ubahnya dengan komputer. Bayangkan menggunakan
komputer jadul dan harus mengerjakan banyak program berat. Tentu membuat panas
dan merusak hardware komputer kita. Begitu juga manusia, kerja multitasking
terlalu sering tentunya tak baik untuk otak. Bahkan secara hormonal dapat
memproduksi hormon cortisol sang biang stress. Meningkatkan hormon adrenaline
yang memicu ketegangan. Kata Bang Rhoma dalam lagu berjudul Santai ada lirik
inspiratif: Yuk kita santai agar otot tidak tegang.
Supaya produktivitas kita optimal dan masuk dalam suasana
flow. Perlu santai tapi fokus dalam segala aktivitas. Sebaiknya hindari multi tasking,
lebih baik single tasking asal mengedepankan perencanaan secara terstruktur dan
terukur.
Walau sudah bisa menikmati produktivitas sampai flow mode.
Larut dengan nikmat pada apa yang sedang kita kerjakan bukan berarti tidak
mengundang resiko. Ada potensi kesehatan yang
tak terurus, hobi yang ditinggalkan dan keluarga yang terabaikan. Itulah
perlunya keseimbangan dalam hidup. Ya kerja keras ya kerja cerdas. Tidak perlu
berambisi terlalu tinggi, nikmati agar ketika jatuh tidak terlalu sakit. Yang
penting Safety First. Aman lahir dan batin serta secara relasi sosial. Kita harus bisa memposisikan diri dalam
kehidupan kerja (your working life) dan kehidupan nyata sebagai pribadi
seutuhnya ( your personal life).
Agar hidup seimbang perlu membuat prioritas melalui visi
misi hidup. Minimal target mingguan. Segala yang teroganisir dengan baik
dijamin dapat meningkatkan produktivitas. Mengetahui apa yang harus dilakukan
adalah tentang mengetahui apa yang tidak dapat Anda lakukan dengan aman Lantas
apa yang diperlukan?
Pertama, membuat logbook
sebagai bentuk perencanaan. Menjadi terorganisir dengan mencatat apapun yang
akan dan sedang kita kerjakan. Catat apapun agar tidak lupa siap bergegas. Rencanakan
secara efektif – jangan pernah menyentuh sesuatu dua kali – dan lakukan sesuatu
saat aktif pikiran Anda. Buat target dan strategi, pikirkan segala sesuatu yang
kita butuhkan untuk agar tujuan tercapai.
Kedua, nikmati akhir pekan dengan riang. Jika sedang tidak
ada deadline yang menyerang, kita perlu menghibur diri pada akhir pekan. Itulah
perlunya kita mempunyai prinsip ‘This Friday is the most important day of next
week!’. Akhiri hari dengan prioritas untuk besok dan nanti.
Prinsip terakhir adalah Amankan kantongmu dan kejar passionmu. Biasakan kerja cerdas, produktivitas yang tetap memperhatikan kapasitas, potensi dan porsi diri. Hidup memang penuh pilihan, jika ingin bekerja sesuai passion. Perhatikan dulu kondisi perputaran finansial kita. Keluarga terjaga dan kita bekerja dengan ceria. Buat targetnya, kerjakan dan ikuti alurnya. Semoga kita lebih Produktif dan mempunyai Kecerdasaan Emosional yg tinggi.
#SatuPersenBlogCompetition
#HidupSeutuhnya
Mordue, Stephen J.(2021). How to Thrive at Work: Mindfulness,
Motivation and Productivity. Critical Publishing Ltd
0 Response to "Kerja Cerdas dan Keseimbangan Hidup: Produktivitas Penuh Flow Bersama Satu Persen "
Post a Comment