Angkot Riwayatmu Kini

Arjosari M Gadang 

Nama beragam pada tiap daerah. Angkutan kota atau dikenal dengan angkot. Ada yang menyebut dengan nama mikrolet. Mikro artinya kecil dan let – ehm..mungkin identik dengan jalannya yang lelet. Derah Jember menyebut sebagai LIN, kalau di Kota Surabaya mengenal angkot dengan sebutan Lyn. Lain daerah lain sebutan yang jelas, jauh dekat harga sama. 
 


Duo Bocil Pecandu Angkot 


LSebagai orang kota baru di tahun 2000-an, saya mempunyai ragam pengalaman dalam dunia transportasi umum yang menyisir kawasan kota hingga depan mulut gang ini. Dulu saya langganan naik angkot E jurusan Sawahan – Karangmenjangan. Angkot andalan mahasiswa Unair dari kawasan Surabaya barat, termasuk yang ingin jalan-jalan ke mall. Ada Lyn C berwarna orange yang biasa saya naiki jika ingin ke toko buku bekas di kawasan Blauran dan Pasar Turi. Jika akan pulang kampung ada Lyn WK, Wilangun – Keputih sebagai angkot dengan trayek terpanjang –versi saya- dan melintasi Jalan Tol Dupak. 

Trayek Bululawang - Gadang 


LLain lagi di Kota Malang, ada ADL (Arjosari-Dinoyo-Landungsari) menjadi moda transportasi selepas turun bus untuk mengisi kuliah pagi. Di Jogja tidak saya temui angkot, kecuali TransJogja. Sejak maraknya angkutan daring, keberadaan angkot serasa menghilang. Terutama di Kota Surabaya. Dulu jalanan kota penuh warna warni angkot yang melintas dengan trayek masing-masing. Kini saya temukan hanya satu dua yang melintas dengan penumpang yang sangat terbatas. 

Apakah angkot akan mati? Tidak juga kalau menurut saya. Karena untuk saat ini terlebih ada Pandemi Covid-19 keberadaan angkot menjadi salah satu pilihan angkutan umum yang nyaman di kantong. Orang mulai berpikir jika tidak ada kendaraan pribadi, pengeluaran mobilitas untuk berangkat kerja menggunakan kendaraan umum yang murah meriah. Itulah sampai ada fenomena sewa/carter angkot untuk karyawati – karena banyak kaum hawa- di beberapa pabrik besar area Rungkut Surabaya. 

Kota Malang sebagai tempat tujuan saya pulang angkot warna biru dan bus kecil masih berjalan. Walau tidak seramai dulu. Tapi tidak sepenuhnya mati. Angkot masih keliling meskipun membawa penumpang satu dua orang. Bahkan karena postur tubuh yang besar, kami sekeluarga sepakat untuk memilih angkot menjadi moda transportasi. Si Kecil mulai ketagihan naik angkot. Geliat ekonomi masih berdenyut. Kantong sopir angkot tidak setebal masa lalu, tapi setidaknya bisa bertahan karena tidak sedikit penumpang yang loyal. Naik angkot bebas biaya bensin dan tentu saja bayar parkir.



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Angkot Riwayatmu Kini "

Post a Comment