Belajar dan Mengajar di Rumah Kedua: Review GO BKR Surabaya

Pada tahun ajaran baru 2018-2019 tidak terasa sudah memasuki satu dasawarsa mengajar di Ganesha Operation  . Surabaya menjadi tempat awal dan tempat tetap menempa diri. Walaupun pada tahun 2012 pindah dan studi ke Jogja mempunyai keluarga kedua di GO Jogja tapi 2015 kembali lagi ke Surabaya. Seakan telah menjadi suratan takdir bagi pecinta kopi untuk tidak jauh-jauh dari warkop terdekat. 
GO BKR Pelajar Surabaya 
GO Jimerto sebagai tempat awal bergabung dulu saat bangunan masih sederhana dengan pohon mangga di depannya, kini telah berubah wajah. Jimerto satu berubah menjadi GO BKR. Agak kangen Jogja kalau ada kata BKR karena tidak jauh dari GO Jogja pusat yang disingkat sebagai GO ABU (baca Abu Bakar Ali). Sama-sama berhuruf B. Tentor bimbel sering dikenal dengan guru les privat, padahal sebetulnya beda. Karena dulu berlogo Ganesha saya lebih sering bergurau dengan teman-teman sesama pengajar dengan sebutan menjadi Pawang Gajah . Sekarang berubah logo menjadi lebih ikonik dengan huruf dan warna yang identik dengan bimbel yang sudah berdiri sejak 1 Mei 1984, saat itu saya masih balita.

Lantai 4
Jika pada bangunan lama, ada lantai atas  di sebelah belakang yang berfungsi sebagai mushola. Setelah dirombak total kini berubah menjadi bangunan berlantai empat yang megah. Suasananya sangat nyaman untuk belajar. Mulai dari lantai II sampai IV. Ada meja kursi di setiap depan kelas dengan pengajar stand by yang siap dengan suka cita mengajar atau memberikan Tutorial Service Time (TST). 
Lantai 3
Setiap lantai tempat belajar tersedia toilet dan dapur pada bagian belakang, dengan air PDAM lancar jaya. Tersedia juga air mineral satu galon di setiap lantai. Tidak perlu takut dehidrasi selama proses belajar mengajar. Menjelang satu dasarwarsa menjadi pengajar bimbel membuat saya sadar bahwa mengajar itu butuh passion. Bimbel adalah jawaban sekaligus alternatif bagi para freshgraduate dari ilmu non pendidikan (Non-S,Pd) yang mempunyai hasrat kuat untuk mencerdaskan anak bangsa. Kepuasan mengajar menjadi salah satu rekreasi batin yang membuat hati suka dan termasuk dalam kategori tabungan amal jariyah. Yang senantiasa mengalir setelah kita meninggal kelak, dimana amal mengalir sampai jauh -mirip jargon iklan pipa PVC. Itu jawaban pamungkas kalau ada yang ngeyel kenapa suka banget menjadi pengajar,. 
Stiker Inspiratif
Kenapa harus ke bimbel? Ada apa dengan sekolah? Beberapa waktu yang lalu ada artikel menarik dari Y. Tanamal yang mengungkap bagamana sistem pendidikan di Indonesia khususnya sekolah-sekolah formal. Keberadaan bimbel yang semakin subur di penjuru tanah air menjadi penanda ada yang tidak beres dengan sistem pendidikan tingkat dasar sampai atas di tanah air. Saya kurang sepaham dengan artikel tersebut karena ibarat makanan dengan pola 4 sehat 5 sempurna. Sekolah adalah nasi sedangkan bimbel adalah suplemen tambahan. Memperkuat keberadaan nasi itu sendiri. 
Senja untuk Belajar dan Mengajar
Jam mengajar sore mulai pukul 16:00 WIB sampai 19:30 WIB membuat para pengajar GO dikenal sebagai manusia yang tidak pernah melihat senja. Beruntung di GO BKR terdapat dinding kaca yang pada waktu pergantian jam di sela istirahat kita bisa menikmati anggunnya matahari terbenam berikut pemandangan gedung-gedung pusat kota yang semakin banyak keberadaannya. Pada awal-awal mengajar dulu ketika off atau hari libur di parkiran kampus B Unair sambil menikmati segelas kopi saya kerap terduduk khitmad menghadap ke barat pada sore hari. Ketika ditanya kawan "Ngapain Mas?" spontan Saya jawab: "Menikmati pemandangan langka, matahari terbenam. Biasanya jam segini masih di dalam kelas". 
Menanti abang somay bertopi merah 
Suka duka mengajar  sudah saya alami mulai dari  berangkat ke luar kota bermotor, melihat kecelakaan di jalan, bertemu cuaca ekstrim (angin puting beliung jalur barat Pamekasan) sampai bertemu dengan siswa yang bandelnya membuat ingin berubah jadi Hulk dalam kelas. Tapi semua adalah bagian dari aktivitas mulia dengan berbalut petualangan. My Teach My Adventure  . Pernah saat  banjir besar di daerah Gresik sebelah timur Duduk Sampean, saya memaksakan diri untuk bermotor ke GO Lamongan. Motor melaju menembus banjir sampai ada rombongan ikan bandeng di bawah kolong. Pantang membatalkan jadwal, kecuali dalam kondisi darurat dan kemalangan. Mengingat pihak akademik telah bekerja keras membuat jadwal yang harus disesuaikan dengan silabus yang telah tersusun. Silabus ibarat Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Tugas dimanapun berangkat dan mengajar dengan sepenuh hati. 

Jajanan Istirahat kelas: Pentol
Sebagai salah satu bimbel yang masuk ke dalam strata 7 besar bimbel terbaik di Indonesia. GO selalu berupaya memberikan yang terbaik untuk para peserta didik. Tidak hanya gedung yang nyaman dan representatif untuk belajar. Kalau di GO BKR ada tempat parkir di lantai dasar yang terasa parkir di mall. Keamanan  terjamin dengan dua petugas keamanan yang bertugas setiap hari selama 24 jam. Ada pula kamera pengintai, CCTV yang terpasang di setiap sudut. Bisa memantau pengajar atau siswa yang selfi di parkiran, tangga ataupun ruang TST, sekaligus mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Kualitas pengajar menjadi salah satu prioritas. 2008 saya masih ingat saat menjadi sarjana, setelah jenu menjadi guru les lukis saya berganti haluan menjadi guru entah sekolah entah bimbel. Pokoknya otak harus terus diasah. Setelah menyebarkan lamaran di berbagai institusi ada panggilan tes di dua bimbel sekaligus. Pertama bimbel yang suasananya sangat Islami, saya ikut tes tapi kurang sepenuh hati dan penuh harap. Kedua dipanggil ke Jimerto untuk tes sampai wawancara dan observasi. Beberapa tahap yang harus dilalui sebelum terjun langsung mengajar di kelas. Disini saya menemukan pengajar-pengajar pinter nan lucu. Cocok dengan karakter dasar saya yang humoris. Termasuk ada beberapa pengajar yang tahan banting yang pergi mengajar keluar kota serasa pergi ke toilet setelah bangun tidur dari kamar. Bulat keputusan untuk menjadi pawang gajah dengan komitmen menjadi pengajar yang senantiasa belajar dan mengajar dengan sebaik mungkin. Jika nanti ada kesempatan untuk studi lanjut (S-3 Antropologi) tetap berupaya mengajar sampai titik tinta penghabisan (pabrike jek buka, tintae gak entek-entek selalu diisi ops). Be Happy Be Happy Teaching Be Smart Teacher. Salam I-Peace. 

Parkir motor aman dan teduh

Bonus pict:
Papan tangga di GO Bandung  (Catatan Mei 2018)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Belajar dan Mengajar di Rumah Kedua: Review GO BKR Surabaya"

Post a Comment