Mengarang Indah Jadi Berkah: Aku Bangga Jadi Narablog pada Era Digital

Masa mengenyam pendidikan di sekolah dasar maupun menengah, kita pasti pernah mengalami mengerjakan tugas mengarang. Bapak/Ibu guru memberikan instruksi untuk kita menulis cerita. Ada karangan bertema, ada pula mengarang bebas. Saya termasuk siswa lemah dalam pelajaran hitung menghitung (pegang duit sendiri saja sering salah hitung), hati tertambat pada pelajaran yang bebas hitungan. Bahasa Indonesia jadi salah satu bidang menarik, selain seni dan ilmu sosial. Tugas mengarang indah bagi saya sama nikmatnya dengan mengerjakan soal uraian dengan menulis panjang sampai kehabisan kertas. Bagian margin bawah dijadikan sisipan jawaban dengan tulisan huruf diperkecil. Terkadang ada tanda panah atau garis penunjuk. Itu salah satu kenangan menulis secara 'ugal-ugalan' pada masa sekolah. 
Moment ter-Mbois 2018
Mengapa menulis? Sudah dipercaya banyak kalangan dan telah terbukti bahwa menulis berhubungan dengan pola pikir dan emosi. Menulis menjadikan pola pikir kita lebih analitis, logis dan sistematis. Jika kita pernah mengalami perasaan sangat marah dan ingin memukul sesuatu, itu tidak ada beda juga dengan menulis. Tulislah apa yang menjadi beban dalam hidupmu. Menulis dapat menjadi terapi pengendalian emosi. Marah, sedih, gembira dan kegusaran dapat kita curahkan melalui sebuah tulisan. Sebuah tulisan dapat menggantikan energi kita untuk memukul sebatang pohon pisang yang tidak bersalah, dengan dalih pelampiasan kekesalan kita. 

Era internet telah mengubah banyak hal. Hidup seseorang bergantung pada paket data dan koneksi. Mengarang indah untuk buku harian dan majalah dinding tergantikan sejak penggunaan internet mulai marak sejak era tahun 2000-an. Tahun 2009 awal pertama saya mulai menekuni dunia narablog. Menggunakan blogspot dan wordpress gratisan tentunya. Hingga ada seorang senior teman ngopi yang membimbing dan memberi satu domain gratis berbasis dotcom. Menulis butuh perjuangan yang tidak mudah. Setiap malam begadang sepulang bekerja untuk menikmati fasilitas internet gratis di kampus B UNAIR. Saat itu pula tengah trend permainan poker via FB. Saya berupaya tidak bergeming, tetap konsisten menulis dan belajar moderasi website. Pemandangan langka, diantara deretan laptop yang menyala. Rata-rata menampilkan gambar kartu remi dan suara koin yang kemericing. Saya woles tetap menulis dari malam sampai menjelang subuh. Aktivitas ini pun harus berbagi dengan menjadi kartunis lepas. Menyeimbangkan keduanya saya mengalami kesulitan sampai saat ini. Jika pesanan gambar padat, menulis sedikit ngadat.

Saya sedikit bercerita momen ter-Mbois dalam hidup yang berhubungan dengan tulis menulis.
1. Launching sekaligus bedah buku perdana karya sendiri (2016)
Menulis dan bedah buku perdana karya sendiri itu suatu kebanggaan yang luar biasa. Perjuangan di penghujung studi dengan penelitian 9 bulan dalam studi pascasarjana Antropologi UGM berbuah dalam bentuk karya tulis ilmiah tentang Kartun Cita Rasa Jawa Tengah. Karena saat itu saya melakukan penelitian secara intensif pada kehidupan dan jejaring kartunis Jawa Tengah. Tesis ini kemudian dibukukan. Buku Gojek, Gojlok, Momong menjadi langkah awal kiprah saya dalam dunia literasi. Tahun 2016 atas fasilitasi dari adik-adik kelas di UNAIR terselenggara acara bedah buku sekaigus workshop ngartun. Saat itu hadir Prof. L Dyson (Almarhum) yang menjadi pembicara. Beliau yang menginspirasi saya ketika masa kuliah untuk selalu eksplorasi diri. Apapun minat hidup yang penting totalitas. 
In Loving Memory Prof. L. Dyson 
2. Diundang ke Jakarta sebagai Nomine Lomba Blog Pendidikan Keluarga (2018)
Pada suatu sabtu malam di sebuah warung makan perbatasan Surabaya-Sidoarjo. Iseng-iseng saya buka informasi lomba blog yang beberapa waktu sebelumnya sudah berkirim tulisan. Ada tiga tulisan yang saya kirim, Dua diantaranya jadi andalan. Justru tulisan yang tidak saya jagokan masuk sebagai nomine. Setelah dipastikan dapat berangkat ke Jakarta dengan mengambil cuti dan ijin dua kantor tempat saya bekerja. Akhirnya saya berkesempatan bertemu dengan kawan-kawan penulis yang luar biasa dalam Acara Apresiasi Pendidikan Keluarga 2018. Berinteraksi dan berbagi cerita dunia literasi. Penulis setanah air yang secara konsisten produktif menulis dalam berbagai genre. Berita, Blog, Opini, Feature sampai sastra.  Malam itu pada saat pengumuman pemenang juara kategori blog. Tanpa diduga, tulisan saya berjudul "Pesan Pendek dari Meja Belajar" meraih Juara ke-3. Hati begitu berbunga, curhatan kebadungan masa kecil menjadi tulisan yang reflektif tentang bagaimana komunikasi unik antara orang tua dengan anaknya. 

Jika disuruh memilih menjadi kartunis apa penulis, Saya selalu menjawab jadi dua-duanya. Konsisten dan bersinergi antara menggambar dan menulis itu selalu saya upayakan. Itulah resolusi  saya di tahun 2019. Menjadi blogger produktif nan beretika. Sebagaimana Dr. Erik Ringmar dalam bukunya yang berjudul "A Blogger's Manofesto: Free Speech and  Sensorship in the Age of the Internet" (2007) melihat bagaimana pertumbuhan era blogger. Kebebasan berpendapat dan kebijakan sensor menjadi hal yang bersifat paradoks. Kebebasan berekspesi bukan berarti bebas menulis apapun. Ingat siapa yang membaca tulisan kita. Ada ruang publik dalam dunia maya yang bisa dilihat oleh siapapun. Menulis apapun tapi masih mempunyai basis data dan dasar yang dapat dipertanggungjawabkan. Jangan sampai menjadi narablog yang turut menambah rumit dan masifnya penyebaran berita palsu atau hoaks. Narablog sejati harus membawa cahaya, bukan menambah kegelapan. 
Ngeblog Dini Hari  (Jogja 2014)
Bagaimana masa depan berkegiatan menulis. Kesuksesan dapat diraih dengan berbekal panggilan jiwa yang didukung oleh komitmen yang tulus. Itu rahasia menulis yang baik. Lebih lanjut menurut Chris Guillebeau, sukses tidak hanya dalam passion and commitment semata. Dalam bukunya yang berjudul "The $100 Startup: Reinvent The Way You Make A Living, Do What You Love, and Create A New Future (2012)" Chris Guillebeau menyatakan ada formula khusus menuju sukses. Passion or Skill + Usefullness = Success.  Menulis untuk dijadikan bisnis itu sah. Tapi ingat situasi dan kebutuhan disekitar. Tidak apa kita idealis untuk fokus pada hobi menulis tapi lain jika menuju bisnis. "Not every passion or hobby is worth building into a business, and not everyone will want to a business that is based on passion or hobby". Yang penting rajin menulis dulu, sampaikan sesuatu yang bermanfaat pada khalayak meskipun itu satu postingan dalam seminggu. 

#KompetisiBlogNodi
#NarablogDigital

Subscribe to receive free email updates:

12 Responses to "Mengarang Indah Jadi Berkah: Aku Bangga Jadi Narablog pada Era Digital "

  1. Keren banget, kalau bisa gambar dan nulis jadi lebih mudah bikin buku, apalagi buku anak ya..

    ReplyDelete
  2. Wah pengalamannya sudah banyak ya. Keren mas. Kapan-kapan berbagi tipsnya dong dari menjadi narablog bisa menulis buku.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rajin dan konsisten itu kuncinya ..saya juga masih belajar Mas Bagus

      Delete
  3. Selamat sudah jadi juara 3, Mas. Saya tak ikut lombanya. kudet dan lupa lagi ngapain memangnya, ha ha. yang jelas saya sibuk menulis untuk media dan isi blog namun beroleh masalah koneksi sampai teknis. Anggap saja itu untuk memperkaya pengalaman saya.
    Bagi saya narablog idealis memang harus bisa membawa arti, betapa hoaks dan kejahatan duinia siber bisa merusak nama baik pegiat blog secara keseluruhan. Makanya harus ada gerakan untuk melawan hal demikian dari pegiat blog sendiri.
    Pun, masalah hak cipta, pencurian konten yang merupakan tindak kriminal, mestinya ada sanksi sosial juga dari narablog putih yang bersatu padu melawan narablog hitam. Sudah ada teman saya yang jadi korban.
    Kita sebagai narablog sesungguhnya beroleh jalan yang baik untuk mengedukasi masyarakat lewat tulisan. Itu harapan saya, mas.

    ReplyDelete
  4. Terima kasih dan salam kenal Mbak Rohjati Sofjan. Semoga narablog yang membawa inspirasi dan menularkan semangat literasi digital yang kreatif semakin bertumbuh di negeri ini. Amin

    ReplyDelete
  5. mantabbb kak smg tetap menginspirasi yah kak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin..terima kasih, salam kenal Mas Joe Candra. Semoga kita selalu bisa menyebarkan semangat literasi yang positif untuk masyarakat umum.

      Delete
  6. Wah... Keren banget statementnya, mau jadi kartunis dan penulis. Aku juga kalau ditanya mau lepas satu atau jalan dua-duanya? Aku jawab dua-duanya dong.
    Selama kita bisa mengatur waktu kita, pasti bisa kok.
    Semangat kakak!

    Salam kenal ya. :)

    ReplyDelete
  7. Salam kenal Einid Shandy...memang harus berjalan beriringan walau kadang harus berbagi fokus. Semangat menulis semangart menggambar.
    Sukses

    ReplyDelete