Dari Asap Hitam Tebal Menuju Pelayanan Optimal (Cerita dari Bus Bandara)

Berbicara soal layanan transportasi massal ada beragam pilihan yang disesuaikan dengan selera dan tentunya isi kantong. Bus kota dulu dikenal sebagai bus yang suka ngetem, ugal-ugalan dan berasap hitam pekat. Bahkan saya menginstilahkan dengan kendaraan cumi-cumi karena seperti mengeluarkan 'tinta' ke arah belakang sambil berjalan. Bus dulu sebatas bus kota, ada bus antar kota dan bus dalam kota. Saat ini ada yang dikenal dengan bus bandara. Mendengar kata bandara udara terbersit kenangan masa lalu bagaimana sulitnya akses menuju bandara. Jika ada tentu butuh biaya yang lebih yaitu naik taksi. Kini ada layanan Bus Bandara sebagai prinsip transportasi umum yang saling tersambung. Inilah salah satu ciri dari smart city. Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan berupaya memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat. Bus bandara adalah salah satu peran pemerintah dalam mewujudkan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan dalam transportasi saat ini. Sekarang bisa menuju kota dari bandara atau sebaliknya dengan ceria.

Bulan Oktober 2018 saya sudah merasakan pengalaman naik Damri, bus yang menghubungkan bandara Soekarno Hatta sampai ke seantero Jakarta dan sekitarnya. Saat itu saya naik dari bandara menuju Hotel Menara Peninsula. Pada kesempatan kedua, setelah mengikuti acara dengan Setara Institute, tanggal 16 April 2019 saya mencoba naik bus Damri menuju Bandara. 10 tahun sebelumnya tepatnya tahun 2008 silam, akses menuju kota Jakarta dari bandara dan sebaliknya mengandalkan taksi argo. Saat itu saya tidak bisa dengan tenang menikmati perjalanan karena harus fokus pada pergerakan angka ongkos sambil membadingkan dengan isi kantong yang pas-pasan. Soal armada tidak ada lagi bus damri yang bermesin tua, knalpot mengeluarkan asam pekat, panas dan ngetem sembarangan. Pemerintah menata dunia tranportasi dengan peremajaan armada, bus baru dengan mesin kekinian, full AC dan ada jam pemberangkatan yang teratur. Penumpang satupun diangkut asal sudah melewati jam melaju. 
Hey Tayo 
Tahukah anda apa singkatan dari DAMRI itu? Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia (ER, EYD: Jawatan Angkutan Motor Republik Indonesia) yang dibentuk berdasarkan Maklumat Kementerian Perhubungan RI No.01/DAMRI/46 tanggal 25 November 1946 dengan tugas utama menyelenggarakan angkutan penumpang dan barang.  Semula saya mengira Damri hanya nama tanpa arti. Perusahaan penyedia layanan jasa bus 'plat merah' ini ternyata telah berusia tua. Perusahaan Otobus (PO) Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia (DAMRI) telah ada sejak tahun 1943. Dua tahun sebelum proklamasi kemerdekaan sudah bisa naik bus. Saat ini bus ini menjadi salah satu bus favorit orang yang akan dan menuju bandara. Karena terkenal ramah di kantong dan daya jelajah luas. Kebanyakan orang tahunya bis damri adalah bus kota yang identik dengan macet, panas dan lamban. Tapi saat naik bus damri hari ini apalagi bus damri dari bandara maupun sebaliknya akan seperti merasakan naik bus AKAP AC kelas ekonomi. 

Loket dekat Stasiun Gambir 
Atas dasar efisiensi biaya dan saran sahabat, pagi itu selepas sarapan dan check out. Saya langung memesan jasa ojek online untuk diantar menuju di pool damri yang terletak dekat Monas. Hari sebelumnya dari bandara menuju hotel acara berlangsung di kawasan Jl. Wachid Hasyim mengeluarkan biaya sebesar 170 ribu rupiah via taksi. Untuk anak rantau pemancing macam saya duit sebesar itu bisa untuk makan dan membeli alat pancing kelas menengah. 

Hanya 40 ribu
Ada dua pilihan pool damri yang bisa dipilih yaitu Thamrin City dan Gambir. Setelah melihat google map, saya memutuskan untuk memilih yang paling dekat yaitu pool damri depan Stasiun Gambir. Memori penelitian masa skripsi dulu yang harus menginap di kantor Polsek Senin kembali terulang. Bedanya armada busway Jakarta lebih panjang dengan bus lebih keren. Setelah sampai di Stasiun Gambir saya langsung berjalan menuju barat, sesuai intruksi dari tukang ojek. Setelah berjalan sekitar 500 meter dalam suasana stasiun kereta yang ramai akhirnya terlihat sebuah loket untuk pemesanan bus damri. Kaki agak ragu melangkah karena tidak ada tertulis tujuan bandara. Berupaya menenangkan diri dan ternyata loket pembelian tiket menuju bandara terletak di sisi lain dari bangunan kecil berbentuk kubus ini. 

Dilengkapi dengan Colokan 
Cukup membayar 40 ribu Rupiah, dapat menuju bandara via tol. Dari sini bisa melihat bagaimana kesibukan ibukota dan bisa mengamati Ancol. Jika ingin naik bus ini pastikan anda mengetahui kapan pesawat akan tinggal landas. Setidaknya 3-4 jam sebelum boarding  harus telah pesan tiket bus ini. Jakarta macetnya luar biasa, jadi perlu persiapan lebih lama. Jalan tol bukan jaminan lancar pada jam-jam sibuk. Kita perlu antisipasi dengan mengatur waktu keberangkatan. Kemacetan belum tentu bisa diatasi, tapi dapat disiasati. Dulu sebelum ada bus ini untuk menuju bandara kita mengandalkan taksi yang harganya lebih tinggi dan tentu saja akan merasakan macet. Bahkan macet saat itu lebih parah mengingat jumlah orang satu bus harus terbagi menjadi beberapa taksi dan tentu saja ini menambah jumlah kendaraan yang melintas. 

Adem
Akhirnya jika anda ingin menikmati perjalanan menuju atau dari bandara dengan nyaman dan tidak takut mati gaya. Bus Damri bandara dapat menjadi pilihan. Kursi empuk, full AC dan ada colokan listrik untuk mengisi ulang menjadi fasilitas yang keren untuk armada bus yang melayani penumpang sejak pagi buta ini. Masalah transportasi memerlukan banyak peran aktif dari berbagai pihak terutama transportasi publik. Ada beberapa pertanyaan penting terkait hal tersebut yaitu mengapa masyarakat kota cenderung menggunakan kendaraan pribadi? bagaimana peran pemerintah selaku pemegang otoritas penyedia transportasi umum?  Bus DAMRI Bandara adalah salah satu peran aktif pemerintah dalam melayani kebutuhan masyarakat akan transportasi yang aman, nyaman dan tentunya lebih terjangkau bagi masyarakat yang ingin menuju atau dari Bandara.

Bagaimana dengan Bus DAMRI di daerah?
Damri Bandara Bungurasih -Juanda pp
15 September 2019 saya berkesempatan untuk datang ke Jakarta. Atas undangan dari Bekraf ada kesempatan gratisan terbang ke Jakarta. Kali ini saya mencoba menggunakan armada bus Damri Bandara dari Terminal Bungurasih. Parkir di terminal menjadi piliham terhemat. Menginap berapa hari pun tetap nyaman di kantong. Berbeda saat menginap di parkiran bandara seperti pengalaman setahun silam, terperangah saat melihat tagihan di loket keluar parkiran. Tempat pemberangkatan untuk bus Damri Bungurasih ada di sebelah barat terminal kedatangan.
Menuju Terminal 2 Bandara Juanda. Saya Penumpang satu-satunya


Ongkos sekali jalan untuk Bungurasih - Bandara Juanda hanya 25 ribu Rupiah. Dengan estimasi perjalanan tidak sampai satu jam, kecuali saat macet berat. Berhubung hari minggu lalu lintas di seputaran perbatasan Surabaya-Sidoarjo siang itu cukup lengang. Ada penumpang yang berangkat terlalu mepet dan oleh sopir bus Damri disarankan untuk naik ojek. Penumpang tersebut bersikeras untuk terus ikut sampai turun di terminal keberangkatan pesawat. Kru tetap profesional menjalankan SOP yang telah diberikan, nyetir nyaman dan tepat waktu. Tidak ada sekarang bus Damri yang ugal-ugalan, seperti kala itu sedang kejar setoran. Bus ini direkomendasikan untuk siapapun yang ingin perjalanan santuy dan nyaman di kantong. Selamat menempuh perjalanan semoga selamat sampai tujuan. Aspal bisa berujung, tapi pelayanan transportasi optimal kepada masyarakat akan selalu berlangsung. Semoga negara akan selalu hadir dalam memberikan layanan transportasi yang hemat, cepat dan efisien. Transportasi unggul, Indonesia Maju. 

Bonus Pict: 

Damri Soetta pool seberang Stasiun Kalayang 

Pemberhentian Damri Soetta






Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dari Asap Hitam Tebal Menuju Pelayanan Optimal (Cerita dari Bus Bandara)"

Post a Comment