Manusia adalah makhluk yang haus infomasi. Informasi apapun diterima, ditarfirkan bahkan ditransfer kepada manusia yang lain. Tapi belum tentu informasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan, aktual, faktual dan tidak berpihak. Era digital menjadikan pernyebaran informasi berlangsung sangat cepat. Termasuk informasi yang tidak jelas juntrungannya. Berita palsu, kabar bohong, informasi hoax menjadi makanan sehari-hari konsumen media yang tidak menerapkan saring sebelung sharing.
Menanggapi fenomena itu Pakarti (Persatuan Kartunis Indoensia) mengadakan lomba kartun sekaligus bagian dari rangkaian Festival Kartun Indonesia I. Bertema Kartun Anti Hoax !. Hoax menyebar kemana-mana. Dari pembicaraan orang besar sampai tema tongkrongan di warkop kopi tepi jalan. Saya mengirimkan satu gambar dengan tema komunikasi yang terhalang oleh 'setan' hoax. Perekayasa proses setengah langkah antara komunikan dengan komunikator.
Perserta bisa mengirimkan maksimal tiga karya dengan besar kertas A3. Jika biasa menggambar di kertas A4 untuk menggambar di kertas A3 dengan waktu yang mepet cukup berat. Ide sudah terangai tapi eksekusi dan finisihing gambar yang terengah-engah. Kemalasan dan sering menunda membuat sibuk pada detik-detik sebelum deadline. Lantas bagaimana menyiasati teknik untuk menggambar di kertas yang telah ditentukan oleh panitia. Scanner saya hanya maksimal di kertas F4 atau folio. Inilah cara jitu, rahasia dapur menggambar irit tanpa ke tukang scan ukuran kertas besar.
Keterbatasan ruang pada mesin scanner Lite Canon yang tidak bisa menampung kertas ukuran A3 dapat disiasati dengan menggambar secara terpisah. Loh kok bisa bagaimana caranya? Ambil tiga lembar kertas A4. Masing-masing gambar tempatkan pada satu lembar yang telah ditentukan. Buat perkiraaan untuk gambar yang saya. Kali ini saya menggunakan kaleng mainan telepon benang dengan ukuran yang sama. Karena gambar menekankan pada proses komunikasi yang disusupi oleh 'setan' hoax.
Setelah satu gambar selasai lanjut ke kertas kedua, menggambar lawan bicara. Supaya ada kesetaraan gender daya buat komunikasi antara perempuan dengan laki-laki. Gaya ngobrol dengan raut muka serius padahal belum tentu kabar yang disampaikan terjamin kebenarannya. Proses komunikasi dua arah membutuhkan proses dan media dalam bentuk alat. Seperti mainan jaman jadul dulu ketika anak kecil belum akrab dengan gawai daring seperti sekarang ini. Lha wong nelpon di telepon umum koin seratusan saja senangnya minta ampun.
Gambar terakhir tapi bukan proses terakhir. Karena perjalanan pewarnaan dan finishing masih panjang. Menggambar 'setan' perusak komunikasi yang baik dengan menyebarkan berita hoax. Kabar bohong disebarkan di tengah proses komunikasi. Itu kelakuan setan yang menjadi penghubung terpercaya antara manusia dengan tiket neraka. Hoax bisa membuat orang terjerumus dalam persepsi yang tidak jelas, keras kepala dan ngamukan. Karena dianggap argumen dia yang paling benar. Setan pasti tertawa jika ada orang yang ngotot pada 'kebenaran' info yang baru didapat tanpa proses saring sharing yang bijak.
0 Response to "Kartun Anti Hoax, partisipasi Festunesia I (Behind The Scene) "
Post a Comment